Sabtu, 14 Juni 2014

laporan observasi prilaku konsumtif




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa  masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Di kalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang cukup berada,terutama di kota-kota besar, mall  sudah menjadi rumah kedua.Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Alhasil, muncullah perilaku yang konsumtif.
Terkadang apa yang dituntut oleh remaja di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja. Dalam hal ini, perilaku tadi telah menimbulkan masalah ekonomi pada keluarganya.Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja.
Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan
finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.
Fenomena selera barat akan mewarnai gaya hidup masyarakat, hal inidapat dilihat dari menjamurnya restoran-restoran makanan siap saji (fast food) danmunculnya tempat-tempat hiburan seperti kafe-kafe, diskotik, klub malam, sertamaraknya pembangunan toko-toko swalayan dan department store. Salah satu yang mempengaruhi perilaku membeli masyarakat adalah banyaknya berbagaimacam penawaran produk yang beredar, baik yang secara langsung maupunmelalui media massa. Hal tersebut mendorong  masyarakat untuk melakukan pembelian yang hanya memenuhi kepuasan semata secara berlebihan atau biasa disebut perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif bukan lagi untuk memenuhikebutuhan semata tapi untuk memenuhi keinginan yang sifatnya untuk menaikkanprestise, menjaga gengsi, mengikuti mode dan berbagai alasan yang kurang penting.

1.2   RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan Remaja
2.      Apa yang dimaksud dengan Perilaku Konsumtif?
3.      Apa faktor-faktor dari perilaku konsumtif?
4.      Bagaimana cara mengatasi perilaku konsumtif?
5.      Apa saja aspek dan indikator dari perilaku konsumtif?

1.3  TUJUAN OBSERVASI
Untuk  mengetahui bagaimana perilaku konsumtif pada prilaku konsumtif DI Matahari Ramayana pusat.

1.4  MANFAAT PENELITIAN
1.      Untuk memberikan informasi kepada pembaca dan sebagai bahan penelitian untuk observer.
2.      Memberikan kesempatan kepada penulis (mahasiswa) untuk mempelajari, mengamati, dan mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi oleh remaja.
3.      Sebagai pedoman untuk pembelajaran.

Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1   LANDASAN TEORI
2.1.1        REMAJA
2.1.1.1  PENGERTIAN REMAJA
Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun).
Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

2.1.1.2  CIRI-CIRI ATAU KARAKTERISTIK PSIKOLOGI REMAJA

 

a. Perkembangan Fisik Psikologi Remaja
Fase remaja adalah periode kehidupan manusia yang sangat strategis, penting dan berdampak luas bagi perkembangan berikutnya. Pada remaja awal, pertumbuhan fisiknya sangat pesat tetapi tidak proporsional, misalnya pada hidung, tangan, dan kaki. Pada remaja akhir,proporsi tubuhmencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya (Syamsu Yusuf :2005). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, perkembangan terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni :
1) Ciri-ciri Seks Primer
Perkembangan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”, keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung. Psikologi remaja
2) Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan psikologi remaja pada seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional.
b. Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut
a. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak
b. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah
c. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
d. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
e. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja
f. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi
g. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri)

c. Perkembangan Emosi PsikologiRemaja

Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung).Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. 
Remaja yangberkembang di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnyaterhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya : psikologi remaja
1) Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lain-lainnya
2) Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang
Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi :
1) Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya
2) Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak
d. Pekembangan Moral Psikologi Remaja
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). psikologi remaja
e. Perkembangan Sosial Psikologi Remaja
Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya.
Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya.

f. Perkembangan Kepribadian Psikologi Remaja
Isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?” (Who am I ?). Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor penting dalam perkembangan integritas pribadi remaja (psikologi remaja) adalah :
1) Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk berperilaku dewasa pula
2) Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru
3) Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya
4) Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan jenis
5) Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa.
            Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri
Tindakan antisipasi remaja akhir adalah:
1) Berusaha bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi kelebihan dirinya
2) Mengkaji tujuan dan keputusan untuk menjadi model manusia yang diidamkan
3) Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua, dan sikap teman-temannya
4) Mengembangkan sikap-sikap pribadinya
g. Perkembangan Kesadaran Beragama
Iman dan hati adalah penentu perilaku dan perbuatan seseorang. Bagaimana perkembangan spiritual ini terjadi pada psikologi remaja? Sesuai dengan perkembangannya kemampuan kritis psikologi remaja hingga menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa nilai-nilai agama ke dalam kalbu dan kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati secara kritis kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang memedulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami benturan-benturan dan ujian.





2.1.2        PRILAKU KONSUMTIF
2.1.2.1  PENGERTIAN PRILAKU KONSUMTIF
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dandipengaruhi oleh adat, sikap, emosi,nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika
Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.[1] Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistikdan komprehensif.
Kata "konsumtif' (sebagai kata sifat; Iihat akhiran -if) sering diartikan sama dengan kata "konsumerisme". Padahal kata yang terakhir ini mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.Memang belum ada definisi yang memuaskan tentang kata konsumtif ini.
Perilaku konsumtif adalah perilaku seseorang yang dikendalikan oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan duniavvi semata-mata (Grinder, 1978).Lubis (1987) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu perilaku membeli yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi.Menurut Peter dan Olson (1995, h.115) kepercayaan, sikap, dan keinginan yang tidak terkontrol dan terbentuk dalam diri konsumen disebut dengan perilaku konsumtif.Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (Al-Ghifari, 2003, h.144) memberikan batasan perilaku konsumtif sebagai kecenderungan konsumsi tiada batas dan lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan. Manusia lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan pada saat memiliki uang lebih dan biasanya menyebabkan orang melakukan pengeluaran untuk bermacam-macam keinginan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.
Dahlan (Al-Ghifari, 2003, h.144) menyatakan bahwa perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal dan memberikan kepuasaan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya sertaa dan pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.
MenurutSumartono (Al-Ghifari, 2003, h.142) seseorang yang konsumtif mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Membeli produk untuk menjaga status, penampilan, dan gengsi.
2. Memakai sebuah produk karena adanya unsure konformitas terhadap model yang mengiklankan produk tersebut.
3. Adanya penilaian bahwa dengan memakai atau membeli produk dengan harga yang mahalakan menimbulkan rasa percaya diri.
4. Membeli produk dengan pertimbangan harga bukan karena manfaat dan kegunaannya.
5. Membeli karena kemasan produk yang menarik.
6. Membeli produk karena iming-iming hadiah.
7. Mencoba produk sejenis dengan dua merk yang berbeda.
2.1.2.2  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRILAKU KONSUMTIF
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif ada dua, yaitu internal dan eksternal :
1.      Faktor Internal. Faktor internal ini juga terdiri dari dua aspek, yaitu faktor psikologis dan faktor pribadi.
a) Faktor psikologis, juga sangat mempengaruhi seseorang dalam bergaya hidup konsumtif
b) Motivasi, dapat mendorong karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu produk, barang / jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor rasionalnya.
c) Persepsi, berhubungan erat dengan motivasi. Dengan persepsi yang baik maka motivasi untuk bertindak akan tinggi, dan ini menyebabkan orang tersebut bertindak secara rasional.
d) Sikap pendirian dan kepercayaan. Melalui bertindak dan belajar orang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya perilaku konsumtif.
2.      Faktor Eksternal / Lingkungan. Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia dilahirkan dan dibesarkan.
Variabel-variabel yang termasuk dalam faktor eksternal dan mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, dan keluarga.
Menurut Zumrotin (dalam Lestari, 1996) perilaku konsumtif ditunjang oleh
beberapa faktor, antara lain :
a.       Naiknya pendapatan.
Perkembangan bidang ekonomi membawa dampak pada masyrakat, salah satunya adalah naiknya pendapatan.Kenaikan ini diikuti penambahan kebutuhan hidup masyarakat, tidak hanya dalam mutu dan jumlah tetapi juga ragamnya.Misal saja dulu masyarakat membeli perabot rumah tangga yang sesuai dengan kebutuhannya, sekarang dalam membeli perabot rumah tangga mempertimbangkan merek dan gengsi.


b.      Iklan.
Media massa berfungsi mengkomunikasikan suatu produk kepada masyarakat dengan iklannya. Iklan merupakan alat produsen untuk mempromosikan produknya. Iklan yang gencar akan mengakibatkan rasa ingin tahun pada masyarakat, rasa ingin tahu ini terobati bila masyarakat atau konsumen telah memakai atau memiliki produk
c. Westernisasi
Masyarakat menganggap apa saja yang berasal dari negeri barat adalah yang terbaik. Apa yang dilakukan dan dipakai orang barat patut dan harus ditiru agar dikatakan modern. Gejala ini tampak ketika hal-hal yang berbau negeri barat mendapat tempat yang baik dalam negeri ini.
Rismiyati dan Suratno (2001) menjelaskan faktor ekstern yang mempengaruhi
perilaku konsumen tersebut sebagai berikut:
a.       Kebudayaan.
Kebudayaan menurut Sulaeman (1995) adalah aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuan.Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang diatur oleh tata kelakukan, yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat (Kuntjaraningrat dalam Pasha, dkk, 2000).Sependapat dengan Kuntjaraningrat, Stanton (dalam Dharmesta dan Handoko, 2000) mengemukakan kebudayaan sebagai simbol dan fakta yang komplek, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari genarasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada.Dari pengertian tersebut dapat disimpulan bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang ada, dan pengaruhnya selalu berubah esuai dengan kemajuan atau perkembangan zaman.
b.      Kelas sosial
Pembagian dalam masyarakat yang terdiri atas individu-individu yang berbagai nilai, minat, dan tingkah laku yang serupa. Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas tertentu adalah sebagai berikut:
(1) kekayaan
(2) kekuasaan
(3) kehormatan
(4) ilmu pengetahuan
Menurut Engel, dkk (1994) status sosial sering menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda-beda (misalnya merek dan model mobil yang dikendarai dan pakaian yang disukai). Kelas sosial juga menunjukkan pemilihan produk dan merek tertentu dalam bidang-bidang seperti pakaian, peralatan rumah tangga, aktivitas diwaktu senggang, dan mobil (Tunggal, 2002).Menurut Moschis dan Churchill (dalam Husna, 1990) ada korelasi yang erat antara umur, jenis kelamin dan status sosial ekonomi terhadap perilaku konsumen.
c.       Kelompok sosial dan kelompok referensi.
kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu berinteraksi satu sama lain, karena adanya hubungan diantara mereka. Loudon dan Bitta (1993) menyatakan bahwa kelompok sosial sangat berpengaruh terhadap konsumen.Pengertian kelompok referensi sosial adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk kepribadian dan perilaku (Dharmasesta dan Handoko, 2000).Menurut Kotler dan Cox (1984) kelompok referensi jenis kelompok terhadap siapa seseorang memandang dirinya mempunyai hubungan sebagai warga kelompok dan berhasrat untuk mempunyai hubungan psikologis.Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian, dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.Dalam penelitian Loudon dan Bitta (1993) didapatkan suatu hubungan yang berarti antara kelompok referensi dengan pemasaran, karena kelompok referensi berhubungan erat dengan keputusan membeli.
d.      Keluarga.
Keluarga merupakan unit pengambilan keputusan utama dengan ola peranan dan fungsi yang berbeda-beda. Sumber yang mempengaruhi pembelian juga berbeda, tergantung jenis barang yang akan dibeli. Misalnya, anak-anak mempengaruhi pembelian kue, kembang gula dan mainan (Ward dan Wackman dalam Anastasia, 1993).Diantara anggota keluarga, ibu rumah tangga yang memegang uang dan mengatur pengeluaran dalam keluarga.Engel, dkk.(1973) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif ditinjau dari konsumen. Perilaku konsumen dalam membeli barang dipengaruhi beberapa faktor yang pada intinya dibedakan menjadi tiga, yaitu faktor internal meliputi:
(1) motivasi dan harga diri
 (2) pengamatan dan proses belajar
(3) kepribadian dan konsep diri.
Johnstone, mengemukakan tipe-tipe konsumen remaja yakni :
1.      Remaja amat mudah terpengaruh oleh rayuan penjual.
2.      Mudah terbujuk rayuan iklan, terutama pada kerapian kertas bungkus (apalagi jika dihiasi dengan warna-warna yang menarik).
3.      Tidak berfikir hemat.
4.      Kurang realistis, romantis dan mudah terbujuk (impulsif).

Sheth, mengindikasikan perilaku konsumtif sebagai compulsive buying dan compulsive consumptions yaitu:
1. Compulsive buying
Sebagai suatu tendensi kronis untuk membeli produk secara berlebihan dan melampaui kebutuhan dan sumber daya seseorang. Seorang compulsive buyer cenderung senang (bahkan keranjingan) berbelanja, selalu membeli item-item yang mungkin dia sendiri tidak pernah memakainya (terutama barang-barang yang sedang diobral) dan bahkan membeli produk yang sesungguhnya diluar batas kemampuan finansialnya.

2. Compulsive Consumptions
Didefinisikan sebagai respon terhadap dorongan atau hasrat yang tidak terkendali untuk mendapatkan, menggunakan atau mengalami suatu perasaan, substansi atau aktivitas yang menyebabkan individu secara berulang terlibat dalam perilaku yang akhirnya dapat merugikan dirinya sendiri atau orang lain.
Assuari (1987) mengemukakan bahwaperilakukonsumtifdapatterjadikarena hal-hal sebagai berikut :
a.     Ingin tampak berbeda dari yang lain
Remaja melakukan pembelian atau pemakaian dengan maksud unuk menunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan yang lain.
b.     Ikut-ikutan
Seseorang membeli sesuatu hanya untuk meniru orang lain dan mengikuti mode yang sedang beredar.

Kemudian Stanton (1996) mengatakan bahwa ada kekuatan-kekuatan psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumtif, yaitu:
a.        Pengalaman belajar
Kunci untuk memahami perilaku pada konsumen terletak pada kemampuan menginterpretasikan dan meramalkan proses belajar konsumen.
b.      Kepribadian 
Kepribadian didefinisikan sebagai pola ciri-ciri seseorang yang menjadi factor penentu dalam perilaku responnya.
c.       Konsepdiriataucitradiri
Konsep diri dipengaruhi oleh kebutuhan psikologis dan fisik yang dibawa sejak lahir dan dipelajari selama proses perkembangan diri. Biasanya orang memilih suatu produk dan merek yang sesuai dengan konsep dirinya.

2.1.2.3    REMAJA DAN POLA HIDUP KONSUMTIF.
Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja. Di kalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi yang cukup berada,  terutama di kota-kota besar, mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Alhasil, muncullah perilaku yang konsumtif.Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat usia remaja sebaga usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang in.
Remaja dalam perkembangan kognitif dan emosinya masih memandang bahwa atribut yangsuperfisial itu sama penting (bahkan lebih penting) dengan substansi. Apa yang dikenakan oleh seorang artis yang menjadi idola para remaja menjadi lebih penting (untuk ditiru) dibandingkan dengan kerja keras dan usaha yang dilakukan artis idolanya itu untuk sampai pada kepopulerannya.Menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada remaja ini dilakukan secara berlebihan. Pepatah “lebih besar pasak daripada tiang” berlaku di sini. Terkadang apa yang dituntut oleh remaja di luar kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Hal ini menyebabkan banyak orang tua yang mengeluh saat anaknya mulai memasuki dunia remaja.
Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial bahkan etika.
2.1.2.4  CARA MENGATASI PRIALKU KONSUMTIF
1.      Harus tega
Tega, maksudnya tak berarti sama sekali tidak membelikan barang keperluan kita sehari-hari, tetapi memberi batasan. Bila sudah di luar kewajaran, Dengan cara ini, kita mendidik diri kita sendiri untuk bersikap rasional, tidak asal beli barang kalau mau atau suka. Ini bukan soal punya atau tidak punya uang. Kemampuan mengendalikan diri agar tak konsumtif sangat penting bagi seseorang. Sebab, bila dibiarkan sampai dewasa, akan memunculkan sikap korupsi demi membeli benda kesukaan.
2.      Belajar menghargai
Kita harus bisa untuk menghindarkan diri dari pola hidup konsumtif, cobalah untuk  menghargai uang sebisa mungkin. Idealnya, sejak dini diperkenalkan konsep uang. Caranya, antara lain, dengan memberi mainan jenis mata uang dan nilai nominalnya.
3.      Membuat daftar belanja yang di inginkan dandibutuhkan. Diutamakan barang yang dibutuhkan, untuk menghindari terbuangnya uang untuk barang yang sia-sia.
4.      Gunakan kupon belanja.
5.      Jangan terlalu fanatic pada satu nama perancang.
6.      Tunggulah diskon perancang. Bersabar sampai barang-barang yang “mahal harus punya” sampai turun harga.
7.      Kunjungi pameran. Selain menawarkan harga untuk model terbaru, juga tersedia berbagai hadiah saat pameran.

2.2  METODE PENELITIAN
2.2.1        PENGERTIAN COVERT
Observasi (subyek) yang sedang diamati, tidak menyadari kalau sedang diamati oleh observer. Observer tidak memberitahu, tidak memberikan reaksi/tanda kalau dirinya sedang mengamati observee.
2.2.2        PENGERTIAN PARTISIPAN
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang rnengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam perikehidupan observer. Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa karena pengamatan partisipatif memungkinkankan peneliti dapat berkomunikasi secara akrab dan leluasa dengan observer, sehingga memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang akan diteliti.
Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian yang cukup dan seorang participant observer adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi
.
Persoalan tentang metode observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Observer perlu memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah diterangkan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.

b. Waktu dan Bentuk Pencatatan
.
Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang penting dalam observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencatatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi merupakan hal yang terbaik.
Pencatatan on the spot akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Jika pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, sedangkan kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan, misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apa pun yang kelihatannya tidak berarti.

c.  Intensi dan Ekstensi Partisipasi.
Seacara garis besar, partisipasi tidaklah sama untuk semua penelitian dengan observasi partisipan ini. Peneliti dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kegiatan sosial (partial participation), dan dapat juga pada semua kegiatan(full particiration). Dan, dalam tiap kegiatan itu penyelidik dapat turut serta sedalam-dalamnya (intensive participation) atau secara minimal (surface participation). Hal ini tergantung kepada situasi.Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dan yang diamati. Sedangkan dalam observasi nonpartisipan, observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup, dalam arti tidak diketahui oleh subjek yang diteliti, ataupun terbuka yakni diketahui oleb subjek yang diteliti.
2.2.3        ANNECDOTAL RECORD
2.2.3.1  Pengertian Annecdotal Record
Anecdotal Record merupakan record atau catatan - catatan yang bersifat komulatif
dari beberapa tingkah laku individu yang luar biasa ( Bimo Walgito, 1987 ).
Anecdotal Record merupakan catatan yang dibuat oleh penyelidik mengenai
kelakuan-kelakuan yang luar biasa ( Sutrisno Hadi, 1985).
Anecdotal Record adalah catatan tentang kejadian khusus yang bertalian dengan
masalah yang sedang menjadi pusat perhatian pengamat, terutama tingkah laku
individu yang diamati yang sifatnya typis ( Depdikbud, 1975).
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian Anecdotal Record ialah
alat pencatat hasil observasi yang bersifat komulatif dari tingkah laku individu yang
luar biasa ( typical behavior ).
2.2.3.2  Ciri - ciri Anecdotal Record yang Baik.
1.       Menerangkan tanggal, tempat dan waktu berlangsungnya kejadian tertentu, dan
siapa yang menjadi observer.
2.       Melukiskan peristiwa yang faktuil dan obyektif. Peristiwa obyektif adalah laporan
yang mempunyai gambar potret atau apa adanya agar tidak ada yang tertinggal.
3.       Segera dibuat setelah peristiwa itu terjadi, untuk menghindari kelupaan.
4.       Harus dibuat oleh beberapa penyelidik.
5.       Harus bersifat selektif, dipilih peristiwa yang penuh arti dan yang ada hubungannya
dengan perkembangan individu.
6.       Laporan harus faktuil, dipisahkan dari data dan interpretasi.
2.2.3.3  Macam-macam Catatan Anekdot
1.      Catatan anekdot type evaluasi
Berisi pernyataan yang menerangkan penilaian pencatatan/pengamat berdasarkan
ukuran baik buruk, yang diinginkan/yang tidak diinginkan, yang diterima/tidak
diterima. Contoh : pada hari ke 7 Amir memperlihatkan sikap yang lebih baik
terhadap teman-teman sepermainan. Ia mulai memberikan pertolongan kepada
teman-temannya.
2.      Catatan Enekdot type interpretatif
Berisi penjelasan tentang kegiatan tingkah laku atau situasi yang telah
diobservasi oleh pengamat dengan dukungan / pendukung fakta yang diobservasi
itu. Contoh : pada minggu terakhir Ani tampak gelisah. Pertumbuhan badannya
begitu cepat. Tentulah pertumbuhan itu yang menyebabkan ia gelisah.
3.      Catatan Anekdot type deskripsi umum.
Berisi tentang catatan kegiatan, tingkah laku, atau situasi dalam bentuk
pernyataan umum. Contoh : Ali mulai tidak tenang kerjanya di kelas. Banyak
pekerjaannya tidak selesai pada waktunya. Dia mulai menghindarkan diri dari
pertemuan dan percakapan dengan teman.
4.      Catatan Anekdot type deskripsi khusus.
Catatan yang berisi uraian tentang kegiatan, tingkah laku individu atau situasi
secara khusus dan teliti. Contoh : udara sangat dingin disertai hujan rintik-rintik,
sehingga pada waktu istirahat hari ini siswa tidak turun ke lapangan bermain.
Mereka memilih di ruang olah raga . Amin dan Ali memilih permainan galah
dengan beberapa temannya. Masing-masing dari mereka menjadi ketua dari kedua
regu yang berlawanan. dan teman temannya yang lain harus memilih pada regu
yang mana. Tiba-tiba Amin berteriak dari jauh dan menyatakan bahwa temantemannya
yang lain tidak mau memilih regu yang dipimpinnya. Kemudian Ali
menjawab dengan tenang, habis maunya begitu dan saya tidak dapat mencegahnya.
2.2.3.4  Keterbatasan Catatan Anekdot
1.       Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan catatan anekdot sangat banyak, sehingga
hanya dilakukan terhadap beberapa klien yang khusus saja.
2.       Pembimbing yang belum berpengalaman akan menitik beratkan pengamatannya
kebanyakan pada aspek-aspek tingkah laku yang tidak baik saja dan kurang
mencatat tingkah laku yang baik, karena sudah beranggapan bahwa seorang, klien
itu mempunyai kekurangan-kekurangan.
3.       Pada pembuatan catatan anekdot hendaknya diingat mengenai kekurangankekurangan
yang ada pada sampel, kemungkinan besar tingkah laku yang dicatat
tadi tidak mewakili reaksi klien yang sebenarnya.
4.       Tingkah laku yang diamati harus dilihat sebagai bagian dari keseluruhan tingkah
lakunya.


















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1       HASIL
1.      Observee         :  Keni
2.      JenisKelamin   : Perempuan
3.      Usia                 : 20 tahun

A.    TEMPAT OBSERVASI 1
1.      Tempat            : Di Kos perumahan  depan UIN
2.      Setting            

a.       Setting Tempat Observee, kos yang berwarna hijau ini memiliki dua rumah yang berdempetan yang kami amati rumah bulatan, yang dimana memiliki dua kamar tidur dan dua kamar mandi dan masih ada honda yang terparkir dalam kos. Keadaan kos yang terang karena lampu dalam kamar teman observee hidup dengan goreden yang tertutup sedikit barang-barang seperti buku, kotak pensil, laptop berada di atas tempat tidur, dengan sprai warna biru tua dan ada bercak bunga yang berwarna kuning.
b.      Setting fisik observee, keadaan kamar yang panas karena gorden ditutup sehingga sirkulasi udara didalam kamar tidak ada pertukarannya. Tetapi ada pencahayaan dari lampu yang hidup dikamar teman  observee, sehingga dapat menerangi kamar teman observee.

Blue Print
No.
Aspek
Indikator
Pernyataan
1.
Pembelian tanpa terencana
·         Membeli produk secara spontan
·         Remaja membeli produk dengan secara spontan
2.
Pemebelian tidak rasioanal
·         Kurangnya control diri ketika berada pada situasi membeli.

·         Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

·         Membeli produk hanya sekedar menjaga symbol status.

·         Membeli produk hanya sekedar konformitas terhadap model yang mengiklankan produk.

·         Membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.

·         Membeli atas dasar pertimbangan harga(bukan atas manfaat dan kegunaanya).

·         Remaja kurangnya control diri ketika berada pada situasi membeli.
·         Remaja membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.
·         Remaja membeli produk hanya sekedar menjaga symbol status.
·         Remaja membeli produk hanya sekedar konformitas terhadap model yang mengiklankan produk.
·         Remaja membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.
·         Remaja membeli atas dasar pertimbangan harga( bukan atas manfaat dan kegunaanya).
3.
Pemborosan
·         Tidak dapat membeli skala prioritas tentang hal-hal yang ingin di beli.


·         Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda)
·         Remaja tidak dapat membeli skala prioritas tentang hal-hal yang ingin di beli.
·         Remaja mencoba lebih dari dua produk sejenis(merek berbeda).





B.     WAKTU OBSERVASI DAN FREKUENSI 1

1.      Hari/tanggal                : Selasa, 03 Juni 2014
2.      WaktuPelaksanaan      : 10.00-13.00
Baris
Uraian hasil observasi
Tema
1



5
Jam 10.00 observee datang sepulangnya dari kampus dia bersama temannya saat itu observe memakai rok berwarna hijau, baju bergaris-garis warna abu-abu dan hitam dan memakai jilbab yang berwarna hijau. Mendengar saya sedang menawarkan jilbab kepada




Mendengar tawaran jilbab






10
anak kos lainnya, observe datang dengan temannya ke dalam kamar kos teman observee. Yang pada saat itu saya menawarkan jilbab kepada teman observee saya mengelurkan jilbab-jilbab tersebut dari kantong plastik yang berwarna ungu. Pada saat itu observee






15
melhat-lihat jilbab tersebut setelah itu diletakkanya kembali karena jilbabnya terlalu panjang dan warnanya gelap-gelap semuala. Lalu  saya praktekan saya memakai jilbab tersebut sehingga tampak seperti jilbab yang biasa oberservee pakai. Tapi
Meletakkan kembali jilbabnya




20
obeservee bingung karena dia sudah memiliki banyak jilbab dan dia bingung baju apa yang cocok dengan jilbab-jilbab itu. Lalu observee mengambil jilbab dengan 2 motif dan menujukkan kepada kami mana yang lebih bagus dan menanyakan kepada
Mengambil 2 motif jilbab




25
temannya saya ada baju apa ya, lalu temannya menjawab kamu kan ada tosca rok warna hijau tosca, observe berpikir itu tampak dalam dia membolak-balikan jilbab itu berulang kali dan dia menarik baju saya yang kebetulan berwarna biru tosca dan
Observe berpikir dan membolak-balikan jilbab




30
menempelkan jilbab itu dengan baju saya dan menanyakan warnya sama apa gak, temannya menjawab iya sama kok udah ambil aja itu bagus dan dia berbicara kepada temannya aku udah banyak jilbab dan jilbab warna itu udah ada waktu
Bingung karena sudah memiliki warna tersebut




35
perpisahan SMA dulu tapi motifnya cantik elegan, setelah observee berfikir dengan membalik-balikan  lalu si observee mengambil jibab yang bermotif biru tosca ada bercak hitamnya. Dan observee menanyakan harga kepada saya, harga jilbab itu
Menanyakan harga






40
adalah empat puluh lima ribu rupiah, observee berusaha menawar jilbab tersebut menjadi empat puluh ribu rupiah karena uang bulananya sudah mulai habis dan baru diberi pada tanggal 6 juni nantik, tetapi saya bilang tidak bisa, setalh 2 menit
Tawar menawar jibab






45
menawar observee jadi mengambil jilbab  tersebut dan oberservee mengatakan saya hutang dulu ya, nantik tanggal 6 saya bayar. Karena jilbabnya bagus dan nantik takut diambil oleh teman observer dikampus karena observer akan menawarkan kepada
Mengambil  jilbab dan membayarnya nanti
46
teman kampusnya juga. 



3.2          PEMBAHASAN
        Prilaku konsumtif adalah perilaku seseorang yang dikendalikan oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan duniawi semata-mata, yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Pada observe ini terlihat jelas dalam aspek yang telah di bahas yang termasuk dalam prilaku konsumtif dimana observe membeli barang tanpa terencana terliahat di baris  ke 15 diamana observe telah tertarik dengan yang di tawarkan oleh observer. Disini observe juga membeli jilbab tersebut karena elegan dan cantik, padahal observe sudah ada jilbab yang memilki warna yang sama. Dan disini juga jelas bahwa observe tersebut melakukan pemborosan yang dimana sudah memiliki jilbab masih menginnginkan jilbab yang sama dengan motif yang berbeda. Disini observe memilki prilaku konsumtif yang sudah terlihat juga pada saat observasi dan juga ada dalam aspek prilaku konsumtif.
   Observer :
1.      Pembelian tanpa terencana
-          Pembelian secara spontan terjadi pada observe yang terpengaruh akan kata-kata dari observer, setelah observer dan temannya  membujuk, karena sebelum itu observer telah mempunyai jilbab dengan warna yang sama.
2.      Pembelian tidak Rasional
-          Ini jelas terlihat dari observer yang memilih jilbab tersebut karena cantik dan elegan dan karena melihat temannya juga mempunyai itu. 
3.      Pemborosan
-          Pada subjek pertama ini observe telah memilki satu jilbab yang berwarna biru tosca, tapi observe memilih lagi jilbab tersebut padahal  uang observe lagi habis dan belum dikirimin uang oleh orang tua observe.

BAB IV
PENUTUP
4.1              KESIMPULAN
Prilaku konsumtif adalah prilaku yang membeki suatu barang secara berlebihan yang dimana bersifat pemborosan, yang tidak rasioanal dan hanya untuk kenikmatan semata yang bersifat duniawi. Prilaku konsumtif mempunyai factor yaitu seperti kebudayaan, kelas sosial,kelompok sosial dan kelompok referensi, keluarga, motivasi.
Dari data yang saya ambil dari observasi terhadap prilaku konsumtif pada observe   memiliki prilaku konsumtif yang dimana observe memiliki beberapa criteria yang ada dalam aspek prilaku konsumtif yang di kemukakan oleh soemartono. Dalam aspek dan prilaku yang di temukan dalam diri observe, bahwa observe memiliki prilaku konsumtif.
4.2              SARAN
Remaja seharusnya memikirkan apa saja yang ingin di lakukakanya dengan uang yang mereka dapatkan dari orang tua, dengan membeli barang yang mereka perlukan untuk kehidupan mereka. Dapat membedakan mana yang kebutuhan primer dan sekunder, kebutuhan yang harus di laksanakan dan kebutuhan yang dapat ditunda dahulu.
Remaja juga sebaiknya membuat daftar apa saja yang mebjadi kepentingan yang akan mereka beli dengan unag yang mereka dapatkan, apa lagi remaja yang jauh dari orang tua yang hanya diberikan orang tua untuk uang secukupnya untuk makan dan kehidupan sehari-hari selama jauh dari orang tua, bukan untuk dihambur-hamburkan dan meminta kembali uang yang telah habis dibelnjakkan dengan kwbutuhan yang tidak perlu.
Orang tua yang ada di dekat anaknya lebih baik mengontrol uang yang di berikan untuk anak, dan member tahukan kepda mereka yang mana lebih  dominan yang akan di beli untuk kehidupan anak itu, dan apabila jauh dari orang tua, orang tuannya memberi tahu apa kebutuhan dari uang yang dikirim dan memberikan sedikit peringatan apabila membeli barang yang tidak diperlukan tidak akan di beri uang kembali, sikap tegas orang tua juga diperlukan dalam keuangan sang anak.



 DAFTAR PUSTAKA

·         Haryanto, S.Pd (2010) Pengertian Remaja Menurut Para Ahli. http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/ (diakses 22 mei 2014)

·         Ulfah Yunita Ningrum (2011) Prilaku Konsumtif Terhadap Produk Pakaian Distro dari Konformitas pada Siswa SMK ABDI NEGARA MUTILAN.

·          Mas Tamudi (2012) Pengertian Observasi

·         Bambang Supriadi (2014) Materi psikologi Observasi














1 komentar:

  1. 10 Best US Sports To Play at Legal US Online Sportsbooks - Sporting
    The 바카라 사이트 best US sports betting 포커 족보 sites now offer legal 바카라 사이트 US betting options. Read our guide to find out 토토 사이트 도메인 where to bet365 play for real money or start playing now!

    BalasHapus